Dulu, sebenarnya ibu menghendaki agis masuk
smk, namun ia lebih memilih masuk
sma. Beliau berpikir bahwa ketika masuk
smk, akan lebih cepat dapat pekerjaan
daripada teman yang sekolah di sma.
Wajar saja ibunya berpikir seperti itu, karena disamping lebih cepat bekerja lebih
cepat dapat uang untuk membiayai saya dan keluarga, keluarganya termasuk
keluarga yang berkekurangan dari segi finansial tidak sanggup membiayai sekolah
sma (waktu itu sma yang dikehendaki masih menerapkan pungutan spp). Selain itu jika agis masuk sma, pasti harus melanjutkan kuliah jika ingin
bekerja dengan baik, karena hal
tersebutlah orang tua lebih menganjurkannya masuk smk.
Awal
masuk sma, sudah harus merancang
apa saja yang harus dilakukan supaya bisa kuliah tanpa membebani orang
tua dengan segala biaya kuliah yang besar. Ia pun mendapat info dari saudaranya yang baru saja lulus dari sma dan diterima di salah satu PTN favorit di Indonesia bahwa ada program dari Pemerintah bagi mereka yang ingin kuliah namun tidak
perlu membayar sepeserpun. Program ini adalah program bidikmisi. Selanjutnya ia pun bertanya sebanyak banyaknya informasi kepada
dia. Setelah itu ia pun menghimpun berbagai syarat
agar bisa ikut bidikmisi, ia mempersiapkan diri. Bertekad harus
aktif mengikuti berbagai macam lomba untuk menunjang persyaratan tersebut. Berbagai kegiatan diikuti misalnya, sebuah exschool study club math di sma.
Agis ikut ini karena tahu bahwa dengan ikut ini, tidak akan dikenakan biaya sepeserpun
ketika lomba karena saya akan dianggap sebagai delegasi sma.
Sangat
banyak lomba yang diikuti. Sebagian besar di bidang matematika namun banyak
diantaranya yang membuatnya hanya mendapat sertifikat sebagai peserta.
Seingatnya, prestasi tertinggi adalah berhasil menjadi juara 2 osn matematika tingkat kota, namun gagal mewakili kota di
propinsi, lalu berhasil mendapat
juara 1 olimpiade matematika ketika walikota cup, serta saya berhasil menjadi wakil
rayon malang di tingkat nasional,
sebagai semi finalist olimpiade matematika its (omits) namun gagal. Agis dan partner hanya
sanggup berada di posisi 13 padahal ada 10 grup yang lolos. Sekali dua kali
saya mencoba lomba di bidang selain matematika, sesekali mendapat hasil yang
menggembirakan. Salah satunya mendapat predikat excellent dan high
destinction di lomba australian national chemistry quiz.
Agis merasa prestasi prestasi itu belum cukup, ingin masuk PTN lewat jalur bidikmisi dan snmptn. Alasanya tidak ingin merepotkan orang tua dengan biaya kuliah dan biaya sbmptn apalagi
mandiri. Meski bidikmisi bisa menanggung
jalur mandiri, namun sepengetahuan saya,
hanya sebagian yang ditanggung kemensos,
sebagian yang lain ditanggung sendiri.
Selain ikut banyak lomba, harus mempertahankan nilai rapor. Setidaknya setiap semester harua terus
meningkat dan diatas 80. Sungguh mewujudkannya tidaklah mudah. Alhamdulillah nya, hal tersebut terwujud. Memasuki kelas 3 sudah harus memutuskan
kemana pilihan yang harus diambil.
Masa itu adalah masa yang paling membingungkan. Di satu sisi masih bingung memilih
prodi, disisi lain ibu terus
menerus tidak menghendaki masuk kuliah.
Padahal dengan jelas berjanji bahwa agis tidak akan merepotkan
mereka masalah biaya.
Dengan
niat untuk menambah ilmu, ia putuskan
memilh statistika Universitas Brawijaya Malang, jurusan matematika dan
pendidikan. Sedangkan jurusan Matematika Universitas Malang ketika mengisi snmptn. Ketika teman - teman bingung mendaftar
sbm. Ia tidak memiliki fikiran
sedikitpun untuk mendaftar, hanya
sedang mengusahakan nilai un, usbn, dan
unbknya memuaskan. Jikalau nanti tidak diterima snmptn, ia menyerah dengan keadaan. Agis akan bekerja untuk satu tahun, lalu akan mendaftar bidikmis dan sbm di tahun
selanjutnya.
Ternyata
Allah subhanahu wata'ala memberi jalan diterima di statistika Universitas Brawijaya Malang. Meski sudah mendaftar, bidikmisi agis belum di acc. Waktu itu saya masih bingung, mengisi liburan sambil menunggu pengumuman
bidikmisi, dengan mencari pekerjaan part
time. Akhirnya ia diberikan informasi
bahwa ada casual di sebuah toko oleh oleh.
Akhirnua diterima masuk di toko itu. Berpikir mungkin jika bidikmisi gagal, ia akan melepaskan snmptn dan hanya
bekerja disitu untuk satu tahun saja. Namun beberapa waktu kemudian ada civitas
ub yang melihat rumah dan meminta berkas - berkas yang diperlukan untuk
melengkapi data diri sebagai penerima bidik misi. Setelah kedatangan civitas itu, semakin takut apakah bidikmisi saya diterima
atau tidak. Beberapa waktu
kemudian, agis mendapat kabar bahwa bidikmisi diterima, tak terduga, ibu pemilik toko juga menawari apakah mau kuliah sambil kerja. Spontan
ia jawab iya.
Sungguh rencana Allah subhanahu wata'ala sangatlah indah dan selalu ada jalan bagi mereka yang ingin
berusaha. Orang tua yang awalnya tidak
menyetujui untuk berkuliah, mereka
akhirnya mendoakan agar selalu diberikan kemudahan dalam segala hal.
Bidikmisi
sangat membantu meraih impian yang terkadang ditertawakan orang.
Bidikmisi membuka jalan bagi saya untuk menambah ilmu. Bidiikmisi membentuk menjadi pribadi
yang mengejar target, bukan dikejar
taget. Bidikmisi pula yang membuka jalan bagi agis untuk menjadi pribadi yang
lebih bermanfaat bagi banyak orang untuk sekarang dan masa yang akan mendatang. Agis putri bu Simpen beralamat di Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo.
*Moch. Ferry Dwi Cahyono, Pekerja sosial supervisor PKH Kota Batu.
*Moch. Ferry Dwi Cahyono, Pekerja sosial supervisor PKH Kota Batu.